Setelah diingat-ingat, memang ada beberapa buku yang sempat saya baca satu, dua, bahkan sampai tiga kali. Bicara soal alasan, saya cenderung setuju dengan alasan “pesan tak kasat mata” sebagaimana yang sudah saya tuliskan di atas. Kalau kata seorang ustadz, semacam “semangat pencarian makna kembali” dari bacaan-bacaan yang pernah kita lahap di masa silam.
Buku-buku yang re-read-able itu di antaranya adalah:
- Sirah Nabawiyah baik karangan Al Buthy maupun Al Mubarakfury. Keduanya sudah saya baca sampai tamat sebanyak dua kali.
- Beberapa buku karangan Najib Kailani semisal Rihlah Ilallah, Mereka Yang Mencari Syurga, Layali Turkistan, atau Gadis Jakarta.
- Buku karangan Hernowo berjudul Andai Buku Itu Sepotong Pizza.
- Cinta di Rumah Hasan Al Banna karangan Muhammad Lili Nur Aulia
- Risalah Pergerakan Al Ikhwan Al Muslimun sedang saya mulai pembacaan ke dua.
- Memoar Hasan Al Banna pun sudah tamat dua kali.
- Tsawabit Al Mutaghayyirat karangan Jum’ah Amin Abdul Aziz seingat saya sudah saya baca dua kali.
- Novel Ayat-Ayat Cinta-nya Kang Abik.
- Buku-buku karangan Anis Matta.
- Tetralogi Buru-nya Pram.
- Pilar-Pilar Asasi karangan Rahmat Abdullah.
- Dan lain-lain.
Daftar di atas sepertinya akan bertambah sehubungan dengan rencana pribadi saya untuk menulis buku sendiri. Ada beberapa judul buku yang sudah pernah saya baca sampai tuntas yang saya targetkan untuk dibaca ulang. Semangat “pencarian makna kembali” menjadi salah satu alasan kuat yang mendasari kenapa saya melakukan ini.
Bagaimana dengan Anda? [mylibridiary]
Kilongan, Agustus 2014

No comments:
Post a Comment