Ada banyak momen yang hilang semenjak saya pindah ke Jakarta. Salah satunya adalah buku-buku yang biasanya menyesaki setiap sudut rumah yang kini tidak – atau belum – lagi terlihat. Biasanya ketika saya lagi pengen membaca tentang suatu tema, maka saya akan ngumpulin buku-buku yang berhubungan dengan tema itu, menumpuknya di kamar belakang, dan membacanya satu demi satu sampai larut malam. Atau menghabiskan akhir pekan yang lengang dengan membaca dan membuat coretan-coretan singkat seputar buku-buku yang sedang saya baca seraya menyalin bagian-bagian yang menarik. Atau membongkar dan menata buku-buku di hari libur bareng istri yang setia memunguti dan membersihkan sisa-sisa ketidakcakapan saya dalam urusan beberes rumah. Sekarang, saya betul-betul merasa kehilangan dengan momen seperti itu.
Agak ganjil
rasanya melihat rumah yang kosong melompong nggak ada bukunya. Apalagi saya
kurang suka merabot. Ruang tamu saya nggak ada sofanya, sebagaimana waktu di
Luwuk dulu. Jadi deretan buku di dalam lemari itulah yang saya anggap sebagai
perabotan. Sekarang, di ruang tamu itu cuman ada satu meja kayu yang
permukaannya saya penuhi dengan tumpukan buku. Mau beli lemari baru, dananya
belum ada, hehe. Akhirnya, ya, buku-buku itu disebar begitu aja di meja itu
berhubung lemari buku lawas yang saya boyong dari rumah mamak udah nggak bisa lagi
menampung.
Anak sulung
saya juga pernah curhat soal rumah sekarang yang buku-bukunya cuman sedikit,
nggak sebanyak waktu di Luwuk. Ia juga sempat protes kecil ketika buku-buku
komiknya nggak dapet tempat penyimpanan yang memadai dan tempat-tempat kosong
sudah dikuasai oleh buku-buku saya.
Itu sebabnya,
buat ngurangin galau, saya suka hunting toko buku bekas, atau nongkrong
lama-lama buat cuci mata ke toko buku. Kalo ada yang menarik dan pas bawa duit
ya beli, kalo nggak ya cukup liat-liat buku yang berderet-deret itu aja udah
bikin hati senang bukan kepalang. Saya juga udah bikin rencana untuk
mengunjungi perpustakaan-perpusakaan publik yang ada di Jakarta dan sekitarnya
bareng anak-anak dan istri. Meski rencana kunjungan itu baru terealisir satu
kali waktu ke Perpustakaan Kemendikbud, dan itupun nggak terlalu maksimal
karena sudah sore dan jam perpustakaannya udah selesai, tapi saya tetap
berharap untuk menjadikannya ritual rutin buat keluarga saya di rumah.
Ya gitu
deh. Saya mau nostalgia dulu sama buku-buku yang lagi saya tinggal – untuk sementara
– di Luwuk ya. [libridiary]
Cikokol,
Agustus 2016
Lagi lupa
bawa buku
No comments:
Post a Comment