Hadiah Dari Mesir: 9 Buku Najib Kailani
Monday, April 22, 2013
Pagi ini sebenernya saya lagi bad mood. Bad mood banget. Apa
lacur? Tanggal tua? Ya, itu juga salah satu faktor bad mood hari ini. Tapi faktor
utamanya adalah kekalahan Parma dari Inter semalem. Dan yang bikin makin galau
adalah, satu-satunya gol kemenangan Inter dicetak di menit 82 oleh pemain yang
sudah lewat masanya, Tomasso Rocchi. Galauuu...
Tapi pagi ini, kegalauan itu sirna. Awan mendung yang
menaungi wajah saya yang belum bercukur hari ini berarak melintas pergi. Kegalauan
dan ke-bad-mood-an yang semalam suntuk merajai diri perlahan menyingkir dan
lari. Hasyah...
Jadi ceritanya begini.
Barusan saya sarapan di rumah makan Sumber Rezeki, yang ada
di dekat kantor, di seberang rumah makan Sudi Mampir, menunya nasi, ayam
balado, dan sayur santan – abaikan. Pas lagi khusyuk-khusyuknya makan, hape
butut saya bergetar. Melihat nama yang tercantum di layar hape, saya langsung
terkesiap dan menjawabnya dengan secepat kilat.
Setelah ucap salam, cipika-cipiki, eh nggak deng, dan
berbasa-basi panjang kali lebar kali tinggi, sampailah obrolan itu pada satu
tema yang paling penting: oleh-oleh.
Lho, kok oleh-oleh?
Lha iya. Lha wong yang nelpon saya barusan itu adalah ketua
DPD PKS Kabupaten Banggai, Ustadz H. Iswan Kurnia Hasan Lc. Lho, kenapa pak
ketua DPD repot-repot nelpon saya pagi-pagi plus berbasa-basi panjang kali
lebar kali tinggi, dan yang dibahas soal oleh-oleh pula?
Jadi ceritanya begini – halah, diulangin lagi.
Sekitar sebulan yang lalu, dalam sebuah kesempatan yang
nggak bisa saya sebutkan detailnya – abaikan, Ust Iswan, demikian beliau biasa
dipanggil, berkata bahwa beliau akan pergi ke Mesir selama kurang lebih
sebulan. Misi kemanusiaan bersama KNRP (Komite Nasional untuk Rakyat Palestina),
begitu jelasnya. Karena kepergian beliau ke Mesir termasuk momen yang cukup
langka, maka saya nggak mau menyia-nyiakannya begitu saja.
“Ustadz, kalo Ustadz nemu buku Najib Kailani, saya minta
tolong supaya diamankan ya. Insya Allah saya ganti”, pinta saya waktu itu. Beliau
menyanggupi.
Maka telepon dari beliau tadi pagi bener-bener bikin hati
saya berbunga-bunga. Karena penantian selama beberapa tahun untuk memiliki
buku-buku Najib Kailani berbahasa non Indonesia akhirnya terwujud juga. Dan jadilah
pagi ini saya berkunjung ke rumah beliau, ngobrol ngalor ngidul dan ngidul
ngalor, mendengarkan kisah beliau keliling lima negara di Timur Tengah selama
sebulan penuh, yang diakhiri dengan umrah selama tiga jam (yak bener, ente gak
salah baca), dan kisah itu ditutup dengan penyerahan secara simbolis, yang juga
difoto oleh istri saya tercinta, sembilan buku Najib Kailani berbahasa Arab. Sembilan?
Yak, sembilan. Bukan cuman, satu, dua, tiga, atau maksimal empat (modus), tapi
sembilan sodara-sodara sebangsa setanah air. Senangnya bukan kepalang. Serasa
terbang ke langit tinggi, trus koprol sambil kayang diiringi badai yang cetar
membahana.
Saya pun memandangi kesembilan buku itu. Satu demi satu. Sambil mendengarkan perkataan ustadz tentang judul-judulnya, yang, jujur aja, cuman bisa saya baca sedikit-sedikit (siaaal, kenapa gue gak bisa mbaca bahasa Arab gundul!!!!!???). Kover bukunya lucu (halah), kayak buku buat anak-anak. Warna-warni dan ternyata cukup tipis!
Ada cerita menarik soal pencarian buku-buku Najib yang
lumayan langka ini.
“Buku ini dijual hanya di satu toko buku, dan letaknya di
pojok yang sudah berdebu, di tumpukan buku-buku lama yang nyaris gak pernah
dibuka”, urai ustadz yang membuat mata saya terbuka lebar kayak anime jepang –
abaikan.
Beliau juga bercerita tentang kisah seorang ketua PIP Mesir yang
ternyata juga seorang kolektor Najib Kailani. Dari kisah sang ketua PIP Mesir
itu beliau bercerita bahwa ada satu buku karangan Najib Kailani yang paling langka
dan nyaris tidak ada lagi di peredaran, hanya saja beliau lupa dengan judulnya.
Kenapa buku itu langka? Karena buku itu adalah hasil kolaborasi Najib dengan
mantan Perdana Menteri Mesir yang cukup legen-wait for it-daris bernama Gamal
Abdun Nasher. Wait! What? Opa Gamal pernah bikin novel?
Nah, di bagian ini yang bikin saya cukup dagdigdugser cetar
membahana badai ulala – abaikan. Karena ternyata Gamal pernah membuat novel
yang baru rampung sekitar dua puluh halaman, dan akhirnya diselesaikan oleh
Najib. Yah, nggak heran juga sih, secara Gamal kan dulu pernah aktif di Ikhwan
(Al Ikhwan Al Muslimun) sebagaimana Najib. Khusus di bagian ini, ustadz Iswan
mereferensikan nama sang ketua PIP Mesir itu untuk mengoreknya lebih dalam.
“Beliau kolektor buku-buku Najib Kailani, dan menguasai
betul cerita-cerita di balik buku-bukunya, Najib”, terang ustadz.
Heu, makin exciting. Serasa pengen jadi super saiya trus
nyambit Israel pake Genki Dama – abaikan sajaaa.
Hais, cukup. Saya bingung mau nulis apaan lagi. Terlalu
exciting. Terlalu meluap-luap. Sukar dilukiskan dengan kata-kata (tsah). Sepulang
nanti, saya akan segera menyampul buku-buku yang sangat berharga itu dan
menyimpannya baik-baik. Lho, kok nggak dibaca? Anuu, actually, saya belom bisa
baca bahasa Arab gundul, jadi diskip dulu aja. Siapa tau anak-anak saya nanti
bisa membacakan buat abinya.
Oh iya, saya juga berencana untuk menawarkan buku ini untuk
diterjemahkan. Bagi yang berminat, silakan hubungi saya. Bila ada penerbit yang
mau menerbitkan, saya juga bersedia meminjamkannya. Tapi dengan catatan,
silakan urus sendiri masalah legal formalnya dengan penerbit terkait ya, bil
khusus soal hak cipta dkk dll dst. Saya tinggal nunggu enaknya aja hehe...
Maaf bila tulisan ini ngalay karena kebanyakan kata-kata “abaikan”.
Saya benar-benar meminta maaf. Terakhir, saya mau ngucapin jazakkallahu khairan
ahsanul jaza kepada ustadz Iswan yang sudah sudi saya repotkan sedemikian rupa
di tengah-tengah kesibukan beliau, yang sudah repot-repot memburu buku-buku tua
ini demi saya, yang celakanya tidak mau saya ganti sepeserpun, duh saya jadi
terharu. Semoga Allah membalas kebaikan Ustadz dan memberikan keberkahan bagi
Ustadz sekeluarga. Amin ya mujib as saailiin.
Alhamdulillah, koleksi Najib Kailani saya jadi bertambah. [perpustakaanpribadiku.blogspot.com]
Pose dulu gaaaan....
Tanjakan SMP 1, April 2013
2 comments
sayah jadi kepingin juga mas bisa baca arab gundul
ReplyDelete#provoke banget sih sampean
sakjane aku ngarep dapet yg bahasa linggis, tapi yg bahasa arab aja susye didapet apatah yg bahasa linggis? :hammer
Delete