Gadis Jeruk
Wednesday, September 14, 2016Membaca buku itu pula aku jadi teringat dengan sebuah ayat di akhir surat An Naba tentang penyesalan orang-orang kafir dimana mereka memilih untuk jadi tanah yang bebas perhitungan di hari akhir. Teringat pula diriku dengan perkataan sayyidina Abu Bakar yang lebih memilih untuk jadi rambut dan sayyidina Utsman bin Affan yang lebih suka untuk menjadi debu. Amboi, nikmatnya jika diri ini jadi sekeping batu di tengah padang pasir yang panas, atau air yang mengalir di sungai yang ganas. Nikmat, karena diri ini bebas perhitungan dan pembalasan di hari kemudian. Nikmat, karena aku tak perlu khawatir akan kemana diriku ini berakhir, apakah ke syurga atau ke neraka kelak, merasakan sejuknya rimbunan pepohonan atau merasa kepanasan di bawah jerangan api yang berkobar tinggi. Atau mungkin menjadi sebuah jeruk, yang langsung terbebas dari dunia yang fana setelah melakukan pelayanan purna kepada manusia yang membelah tubuhnya dan memeras semua saripatinya lalu membuangnya di selokan, di tempat sampah, dan di kebun kosong tak bernama.
Kiranya Allah ampuni semua dosa kita, maafkan segala salah kita, kuatkan kelemahan kita, lengkapi kekurangan kita, dan mengumpulkan aku, keluargaku, dirimu, keluargamu, dan kita semua di jannahNya yang mulia kelak. Amin. [libridiary]
Saaba, Juni 2016
0 comments