Sekilas Tentang Al Hikam

Monday, August 15, 2016

Ada buku bagus yang lagi saya baca pelan-pelan sejak saya pindah ke Jakarta; judulnya Al Hikam. Penulisnya adalah Kiai Muhammad Sholeh Darat, Mursyid Akbar para kiai nusantara. Buku ini konon menjadi kitab klasik yang kerap dibahas di pesantren-pesantren salaf (tradisional).

Al Hikam yang ada di tangan saya ini dilengkapi dengan biografi lengkap Kiai Sholeh (demikian beliau biasa dipanggil), gambar makamnya, serta ringkasan hikmah dalam kitab Al Hikam yang teks aslinya dikarang oleh Ibnu Athaillah as Sakandari. Yang menarik, buku ini juga memuat teks awal yang ditulis oleh Kiai Sholeh berupa arab pegon. Jadi di bagian depan pake bahasa Indonesia (terjemahan) dan di bagian belakangnya menggunakan arab pegon.

Arab pegon itu apa?

Arab pegon itu adalah semacam kode terenkripsi para ulama nusantara zaman dulu untuk menghindari pisau sensor penjajah kolonial Belanda. Konon, dulu usaha penerjemahan alquran ke dalam bahasa Melayu dan Jawa dilarang oleh Belanda. Makanya para ulama lokal menggunakan arab pegon ini sebagai sarana berkomunikasi, baik dalam penulisan buku, surat, atau penerjemahan dari bahasa aslinya.

Jadi membaca arab pegon itu sakjane lumayan gampang (bagi yang udah ngerti). Karena dia itu semacam bahasa Melayu atau Jawa yang diarabkan. Kalo sampeyan suka baca alquran terbitan jadul, biasa di halaman belakangnya suka ada bagian yang bertuliskan arab pegon ini.

Meski nggak pernah diajari secara mendalam, tapi saya pernah diajarin membaca huruf arab pegon oleh guru ngaji saya waktu kecil dulu. Makanya ketika membaca bagian belakang buku ini yang berbahasa arab pegon, meski tertatih-tatih, tapi saya masih bisa menangkap satu dua kalimatnya, dan semoga aja hasil tangkapan saya gak salah hehe.

Nah, kembali ke buku.

Buku ini terdiri dari 137 pasal yang merupakan ringkasan dari duaratusan pasal dari buku aslinya. Kualitas terjemahannya sangat bagus dan mudah dimengerti. Perwajahannya juga nyaman dibaca. Isinya bagaimana? Menyentak, menohok, menempeleng, dan membangunkan hati yang lena dan mengingatkan jiwa yang lupa dan menguatkan akal yang leha. Sampeyan yang suka buku-buku tentang tazkiyatun nafs dijamin bakal suka sama buku ini karena isinya yang sangat bermanfaat. [libridiary]


Saaba, Agustus 2016

You Might Also Like

0 comments