APREADTIZER
Thursday, May 11, 2017
Ada buku-buku yang hanya bisa dibaca dengan nafas panjang, stamina yang mumpuni, dan semangat baca yang terjaga. Buku-buku jenis itu adalah semisal buku sejarah, novel-novel yang cenderung berat dan membuat jidat mengkerut dan sakit di area perut, termasuk juga buku-buku filsafat, tema-tema tertentu dalam agama, serta buku Akuntansi Lanjutan dan Ekonomi Internasional. Buku-buku semacam itu tebalnya biasa cukup untuk dipakai menopang kepala di saat tidur, meski tak jarang ada juga buku-buku kecil yang bobot kontennya tak seringan bukunya.
Namun selain buku-buku berat dan ‘berat’ itu, ada juga buku-buku yang ringan dibaca. Buku-buku yang selesai dibaca dalam tempo satu dua jam. Buku-buku yang membuat hati riang. Buku-buku, yang, dalam redaksi saya, cocok dijadikan sebagai teman duduk sore-sore sambil ditemani teh manis hangat, kopi pahit, vanilla latte, atau sekedar cemilan ringan.
Buku jenis kedua itu saya sebut sebagai buku yang apreadtizer. Apreadtizer adalah plesetan dari appetizer. Seperti appetizer atau hidangan penggugah selera, maka buku-buku yang saya maksud itu adalah buku yang dibaca untuk mengundang semangat baca, termasuk memulihkan energi baca yang tengah meredup karena bosan dengan bacaan-bacaan bertema berat.
Tiap-tiap orang punya buku yang berfungsi sebagai apreadtizer yang tepat buat mereka. Sama halnya dengan makanan. Ada yang selera makannya langsung meningkat ketika ada kerupuk, lalap, atau sambal yang pedasnya pas. Atau nafsu makannya meninggi ketika ada pete rebus, sup, atau gorengan. Meski tidak tertutup kemungkinan ada orang yang tidak peduli dengan appetizer apapun dan tidak membeda-bedakan makanan yang ada di hadapannya.
Demikian pula halnya dengan para pembaca. Ada yang karena lelah dengan bacaan-bacaannya yang berat lalu pergi ke sebuah toko buku. Dibelinya novel-novel merah jingga atau buku komik, termasuk juga buku-buku humor dan buku-buku semisal Sup-Ayam-Untuk-Jiwa-Yang-Nganu dan yang semacam itu. Lalu ia duduk di teras rumahnya, atau di salah satu sudut kontrakannya, atau di pojok taman yang sepi, sembari ditemani dengan cemilan ringan dan minuman dingin dan membacalah ia sampai kepenatan yang awalnya ia rasakan berubah menjadi keriangan dan kebahagiaan.
Karena selera baca setiap orang berbeda, maka demikian pula dengan buku-buku yang dijadikan apreadtizer. Saya, misalnya, kalau sedang jenuh dan bosan, biasanya saya akan membaca komik, atau buku-buku Tazkiyatun Nafs. Termasuk juga cerpen atau novel dan buku-buku tipis yang tidak disusun secara sistematis. Buku semacam Madarijus Salikin, Minhajul Qashidin, atau Shaidul Khatir, meski secara perwajahan tampak berat, tapi sebagian besar isinya cukup ringan dan mudah dicerna. Demikian juga dengan buku-buku berisi kisah-kisah hikmah dan yang semisal itu.
Jadi, ketika kita sedang merasakan kepenatan, atau khawatir cepat bosan dengan bacaan-bacaan yang berat, maka cobalah memulainya dari buku-buku yang ringan. Buku-buku yang bisa menggugah selera Anda untuk bisa membaca buku ke ‘level selanjutnya’. Ya, buku-buku yang dibaca sebagai apreadtizer itu. [libridiary]
Meruya, Mei 2017
Namun selain buku-buku berat dan ‘berat’ itu, ada juga buku-buku yang ringan dibaca. Buku-buku yang selesai dibaca dalam tempo satu dua jam. Buku-buku yang membuat hati riang. Buku-buku, yang, dalam redaksi saya, cocok dijadikan sebagai teman duduk sore-sore sambil ditemani teh manis hangat, kopi pahit, vanilla latte, atau sekedar cemilan ringan.
Buku jenis kedua itu saya sebut sebagai buku yang apreadtizer. Apreadtizer adalah plesetan dari appetizer. Seperti appetizer atau hidangan penggugah selera, maka buku-buku yang saya maksud itu adalah buku yang dibaca untuk mengundang semangat baca, termasuk memulihkan energi baca yang tengah meredup karena bosan dengan bacaan-bacaan bertema berat.
Tiap-tiap orang punya buku yang berfungsi sebagai apreadtizer yang tepat buat mereka. Sama halnya dengan makanan. Ada yang selera makannya langsung meningkat ketika ada kerupuk, lalap, atau sambal yang pedasnya pas. Atau nafsu makannya meninggi ketika ada pete rebus, sup, atau gorengan. Meski tidak tertutup kemungkinan ada orang yang tidak peduli dengan appetizer apapun dan tidak membeda-bedakan makanan yang ada di hadapannya.
Demikian pula halnya dengan para pembaca. Ada yang karena lelah dengan bacaan-bacaannya yang berat lalu pergi ke sebuah toko buku. Dibelinya novel-novel merah jingga atau buku komik, termasuk juga buku-buku humor dan buku-buku semisal Sup-Ayam-Untuk-Jiwa-Yang-Nganu dan yang semacam itu. Lalu ia duduk di teras rumahnya, atau di salah satu sudut kontrakannya, atau di pojok taman yang sepi, sembari ditemani dengan cemilan ringan dan minuman dingin dan membacalah ia sampai kepenatan yang awalnya ia rasakan berubah menjadi keriangan dan kebahagiaan.
Karena selera baca setiap orang berbeda, maka demikian pula dengan buku-buku yang dijadikan apreadtizer. Saya, misalnya, kalau sedang jenuh dan bosan, biasanya saya akan membaca komik, atau buku-buku Tazkiyatun Nafs. Termasuk juga cerpen atau novel dan buku-buku tipis yang tidak disusun secara sistematis. Buku semacam Madarijus Salikin, Minhajul Qashidin, atau Shaidul Khatir, meski secara perwajahan tampak berat, tapi sebagian besar isinya cukup ringan dan mudah dicerna. Demikian juga dengan buku-buku berisi kisah-kisah hikmah dan yang semisal itu.
Jadi, ketika kita sedang merasakan kepenatan, atau khawatir cepat bosan dengan bacaan-bacaan yang berat, maka cobalah memulainya dari buku-buku yang ringan. Buku-buku yang bisa menggugah selera Anda untuk bisa membaca buku ke ‘level selanjutnya’. Ya, buku-buku yang dibaca sebagai apreadtizer itu. [libridiary]
Meruya, Mei 2017
0 comments